Senin, 17 November 2008

KETIKA SAMPAH MENJADI BERKAH

Bulan September menjadi momen tersendiri bagi umat GSMP
karena pada saat itu GSMP merayakan pesta nama Pelindung.
Hadir dalam perayaan itu diantaranya Komandan Lanud
Adisutjipto Kolonel Pnb. Hari Mulyono. Walaupun terik
matahari semakin menyengat mereka tetap semangat dan
antusias mengikuti jalannya acara demi acara.

Hal yang terpenting bagi mereka adalah pesan dari seorang
gembalanya yaitu Rm.Yos Bintoro Pr dengan mengajak
“Ayo,Ambil Sampah dan jadikan Berkah”.dengan prinsip 3 R +
1 yaitu : REDUCE, REUSE, RECYCLE dan REPLANT.

Hal inilah yang diserukan dan sebagai ajakan oleh Rm.Yos
Bintoro.Pr sebagai gerakan “Hidup Bersih” dan menjadikan
“Sampah sebagai Berkah”.

DARI GUDANG NO.19

Gereja Santo Mikael Pangkalan yang saat ini berdiri adalah
bekas gudang senjata, yang dibangun awal abad 20 bikinan
Hindia Belanda yang juga digunakan sebagai pabrik tebu. Saat
diperuntukan sebagai gereja telah juga diberkati oleh Rm.
Ignatius Joyo Siswoyo Pr, Vikaris Episkopal ( Vikep ) Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Atas jasa Bp.Marsekal Pertama TNI Lambert F Silooy yang
menjabat sebagai Komandan Pangkalan Udara Adi Sutjipto
(1994 – 1996 ) menerbitkan surat keputusan bahwa gudang
tersebut diperuntukkan bagi bangunan gereja Katolik.
Keberadaan bangunan gereja ini sangat disambut gembira
oleh umat Wonocatur,Karang Jambe, Gatak dan Pelem.

Dalam proses pembangunan GSMP mengalami pasang surut
dan beberapa kali atap roboh. Akhirnya demi menjamin rasa
aman dalam beribadat dibentuklah panitia Pembangunan dan
Renovasi GSMP

GSMP yang resmi pada saat itu mempunyai jumlah umat 300
jiwa yang terdiri dari 197 KK. Yang setiap minggunya on the
spot. Tgl 21 September 2003 surat hibah pengelolaan lahan
turun dari Pusat Pengolahan Data AURI.

GSMP mempunyai ciri khas dalam pelayanannya yaitu
Teritorial secara umum tetapi juga Kategorial secara khusus.
Sebagai kelengkapan pelayanan GSMP juga sudah
membangun Panti Gereja Marsma TNI Ignatius Dewanto yang
diresmikan 1 hari sebelum hari bakti TNI AU ke 60 oleh
Komandan Lanud Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Benyamin
S Dandel, S.Ip

Tanggal 28 Juli 2004 Gereja St.Mikael Pangkalan diberkati dan
diresmikan oleh MGR.Ignatius Suharyo,Pr Uskup Agung
Semarang. Dua hal yang dipesankan Bapa Uskup adalah :
“Tetapi Apakah Gereja Kristus Hanya Soal Tempat Saja, soal
Pelayanan Saja, Gereja tetap Membutuhkan Umat-Nya untuk
Aktif memberikan kesaksian .“Mari Bersama-sama Kita
Laksanakan”.

Sejarah Singkat Gereja Katolik TNI AU Santo Mikael Pangkalan

Gereja St. Mikael Pangkalan (GSMP) yang merupakan bagian dari gereja
Indonesia harus berani memandang dirinya sebagai salah satu pihak yang
turut serta mengambil bagian dalam membangun masyarakat Indonesia. Hal
ini memang berat karena besarnya tantangan hidup menggereja di tengah
suasana kehidupan berbangsa yang penuh dengan berbagai persoalan
mendasar seperti HAM, pengangguran, kerusakan lingkungan, fragmentasi
masyarakat berbasis SARA, serta derasnya pengaruh budaya global yang
serba instant dan dangkal. Namun demikian, sebagai gereja GSMP mau
tidak mau harus membawa kabar baik, cinta dan harapan sekecil apapun di
tengah tantangan sebesar apapun.

Keberanian seluruh umat memandang GSMP seperti ini akan sangat
menentukan arah pertumbuhan gereja. Lagipula, GSMP yang hadir secara
fisik, berasal dan berlokasi di lingkungan militer angkatan udara berpengaruh
baik secara positif maupun negatif dalam kehidupan menggereja umat.
Dalam situasi seperti ini, cara umat memandang dirinya sebagai bagian dari
masyarakat Indonesia sangat sesuai dengan peran strategis angkatan udara
di mana gereja ini berada.

Memang tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini status gereja masih berupa
wilayah akan tetapi memiliki infrastruktur dan jumlah umat yang memadai
sehingga menjadikan gereja pangkalan mempunyai potensi yang besar untuk
tumbuh apabila dikelola secara sistematis dan berkelanjutan. Besarnya
sumbang sih gereja terhadap pengembangan hidup berbangsa tidak perlu
mengandalkan jumlah yang bisa dimanifestasikan dalam kekuatan politik
tertentu tetapi justru akan lebih efektif lewat serangkaian pilihan sikap dan
teladan. Untuk itu, kedudukan dan situasi GSMP tidak akan memperkecil
potensi sumbang sihnya kepada bangsa dan negara.

Tentu saja sebagai bagian dari gereja di lingkungan Keuskupan Agung
Semarang maka gereja pangkalan mewarisi visi dan misi KAS yang
memfokuskan dirinya pada pembangunan persudaraan sejati dengan semua
pihak yang berkehendak baik. Untuk itu, sebagai langkah konkritnya, GSMP
sesuai dengan kapasitasnya akan membuat program kerja yang bermuara
pada pemberdayaan umat sehingga umat mampu memainkan peranannya
sebagai agen atau aktor terbangunnya persaudaraan sejati sesuai dengan
kapasitas, lingkungan maupun concern/perhatiannya masing-masing.

Dengan cara pandang ini, kehidupan menggereja di GSMP tidak akan hanya
berpusat di seputar liturgi tetapi malah sebaliknya akan mengusahakan
kehidupan liturgis yang kontekstual dan komunikatif. Hal ini juga akan
membawa konsekuensi sistem penggalangan kegiatan umat yang tidak
semata-mata berbasis teritorial tetapi akan dikembangkan kegiatan umat
berbasis minat dalam bentuk kelompok umat basis.